33.4 C
Jakarta
spot_img

Kapolda Jabar Raih Gelar Doktor Lewat Disertasi “Cerita dari Mesuji”, Paparkan Kondisi Polisi di Tengah Konflik

Date:

Share:

bidikkriminalnews.co.id, | Kapolda Jabar, – Irjen Rudi Setiawan menjalani sidang disertasi berjudul ‘Cerita dari Mesuji: Studi Fenomeno logi tentang Menjadi Polisi di Daerah Konflik’ di Universitas Airlangga, Senin (3/11/2025). Irjen Rudi Setiawan dengan penuh percaya diri di hadapan para penguji yang hadir demi menyabet gelar doktor memaparkan tentang menjadi polisi yang profesional, bertanggung jawab, dan berintegritas di wilayah yang penuh masalah, kekerasan masyarakatnya meluas dan melembaga, hingga keberadaan polisi tak pernah diterima sepenuhnya.

Menurut Irjen Rudi, Mesuji merupakan nama yang bagi sebagian orang mungkin sekedar sebuah lokasi geografis di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan. Tetapi, bagi sebagian lain, Mesuji adalah ruang eksistensial di mana konflik agraria, trauma sejarah, dan pergumulan identitas sosial bersinggungan dalam keseharian dengan polisi dan warga.

Dia pun mencoba mengajak menelusuri fenomena menjadi polisi di sana lewat kacamata fenomenologi Edmund Husserl, yang mana bukan sekedar untuk memahami polisi sebagai profesi, melainkan sebagai kesadaran yang mengalami dunia hidupnya dalam situasi sosial yang kompleks dan penuh paradoks lebenswelt.

“Lebenswelt ini konsep dalam bahasa Jerman diterjemahkan sebagai lifeworld dalam bahasa Inggris atau dunia kehidupan dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada dunia pengalaman hidup sehari-hari yang diterima begitu saja, apa adanya, oleh individu,” ujarnya.

Dia juga menambahkan, fenomenologi Edmund Husserl berangkat dari upaya kembali ke hal-hal itu sendiri alias back to the things themselves. Artinya, memahami pengalaman hakiki atau otentik sebagaimana dialami oleh subjek, tanpa prasangka, tanpa reduksi sosiologis atau psikologis yang terburu-buru.

“Dalam konteks Mesuji, dunia hidup polisi bukan semata dunia institusi, peraturan, atau hirarki. Mesuji adalah dunia konkret tempat mereka, para polisi, bangun pagi dengan kesadaran bahwa di luar pagar rumahnya, ada masyarakat yang mungkin melihatnya bukan sebagai pelindung, tapi sebagai bagian dari kekuasaan yang jauh, angkuh, berjarak, dan gagal memahami warga asli Mesuji sebagai entitas yang memiliki identitas partikular dengan kehormatan diri dan martabat,” ujarnya.

Irjen Rudi juga dalam disertasinya menunjukkan polisi di Mesuji hidup di antara dua tarikan besar, yakni sebagai penegak hukum, simbol negara, dan pelaksana aturan di satu sisi dan di sisi lain sebagai individu yang bergulat dengan rasa sepi, terancam, ketakutan, keterbatasan sarana, tak terdukung, dan dilema moral dalam menghadapi masyarakat yang sering lebih percaya pada kekerasan daripada hukum.

“Kesadaran Polisi di Mesuji, mengarah pada masyarakat yang terbelah secara sosial sering atas dasar etnis dan klas sosial, pada klaim atas lahan yang diperebutkan oleh banyak pihak, pada para preman dan jaringan pengedar narkoba dan senjata api rakitan, para korporasi besar yang menguasai lahan, dan di antara yang lain pada sarana dan dukungan yang serba terbatas, serta sesekali pada kehilangan rasa aman di tengah ketegangan yang tak kunjung usai,” katanya.

Lebih lanjut, Irjen Rudi menyampaikan dalam perspektif fenomenologi, identitas bukan atribut tetap, melainkan konstruksi kesadaran yang terus berubah melalui interaksi dan refleksi diri.

“Tak ada yang tetap dalam identitas personal, identitas profesional, dan identitas sosial polisi yang menjalani hidup di Mesuji. Identitas personal polisi Mesuji tumbuh dari pengalaman keseharian yang sering penuh ambiguitas: di antara panggilan moral dan tekanan struktural; di antara rasa ingin melayani dan rasa ditolak, tak dipercaya, dan tak berdaya.

Dalam diam di Mesuji yang terpencil itu, identitas personal polisi bukanlah seragam atau pangkat, melainkan rasa tanggung jawab yang mengakar pada pengalaman batin: ‘saya ada karena tugas, tetapi tugas itu juga menguji siapa saya sebenarnya’,” katanya.

Sementara itu, identitas profesionalnya Irjen Rudi menyebut dibentuk oleh norma institusional: aturan, pelatihan, dan etika kepolisian. Namun di Mesuji, norma itu sering harus diterjemahkan secara kontekstual.

Sedangkan identitas sosial polisi di Mesuji, terbangun dalam relasi yang penuh ketegangan dengan masyarakat. Polisi di Mesuji bukan hanya representasi negara, tetapi juga figur ambivalen kadang dilihat sebagai pelindung, kadang sebagai penjaga kepentingan entitas luar, entitas asing.

“Ketika seorang polisi berhadapan dengan seorang warga asli Mesuji Wong Tobo yang menggantungkan hidupnya pada sebidang tanah yang dianggap “milik negara”, dia sesungguhnya berhadapan dengan cermin dirinya sendiri.

Dalam momen itu, dunia hidupnya menampakkan wajah paling jujur dari realitas sosial di Indonesia: ketimpangan, alienasi, dan pencarian rumit tentang legitimasi moral,” katanya.

 


Pewarta : Red/Adrianet Abdul Sama

IKLAN

━ more like this

Bareskrim Polri Tindak Tambang Pasir Ilegal di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

Magelang, bidikkriminalnews.co.id, - Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri bersama Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Polresta Magelang,...

Pemkot Cirebon dan DPRD Tandatangani Kesepakatan KUA-PPAS Tahun Anggaran 2026

Cirebon, bidikkriminalnews.co.id, - Wali Kota Cirebon, Effendi Edo yang diwakili oleh Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kota Cirebon, Sumanto, menghadiri Rapat Paripurna DPRD Kota...

Tim Patroli Raimas Macan Kumbang 852 Polresta Cirebon Amankan 4 Pemuda yang Membawa Sajam

Cirebon, bidikkriminalnews.co.id, - Tim Patroli Raimas Macan Kumbang 852 Polresta Cirebon berhasil mengamankan empat pemuda yang membawa senjata tajam (sajam). Mereka ditangkap di wilayah...

Perkuat Kemampuan Angkut TNI AU, Presiden Prabowo Ingin Tambah 4 Pesawat Airbus A400M

Jakarta, bidikkriminalnews.co.id, - Presiden Prabowo Subianto berencana menambah empat unit pesawat Airbus A400M untuk memperkuat kemampuan angkut TNI Angkatan Udara (AU). Saat ini, Indonesia...

Rano Karno Ingin Jakarta Punya Pecalang Seperti Bali

Jakarta, bidikkriminalnews.co.id, - Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno mengungkap keinginannya agar Jakarta memiliki ekosistem keamanan sosial berbasis masyarakat seperti pecalang di Bali. Rano menyebut,...
spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

error: Content is protected !!